Kamis, 18 September 2008

Tantangan Seorang Public Relations


Jasa Kehumasan Kini Menjadi Ujung Tombak Perusahaan


Jakarta – Peranan hubungan masyarakat (humas) dulu dan sekarang sangat berbeda. Kalau dulu identik sebagai event organizer, membawakan tas direktur, atau menemani ibu pejabat berbelanja. Sekarang humas harus bisa membuka ruang dalam menjembatani investasi dan ruang pasar penjualan produk. Bidang komunikasi dan humas kini menjadi salah satu ujung tombak sektor industri untuk bersaing dalam era globalisasi. Ini disebabkan sektor industri swasta akan saling bersaing menciptakan image positif untuk mendongkrak citra perusahaan.

Sayangnya, menurut Feldany Effendi, praktisi PR dari Indopacific, Public Relation (PR) di Tanah Air belum termanfaatkan secara maksimal. Orang telanjur menyederhanakan fungsinya, padahal bila dimaksimalkan manfaatnya sangat besar bagi kepentingan organisasi, dunia usaha, termasuk lembaga pemerintah. Public Relation sebenarnya suatu bidang yang sangat potensial di masa datang karena posisinya yang sangat strategis.Perkembangan ilmu dan profesi PR di sini semakin pesat. Ini ditandai dengan banyaknya lembaga pendidikan PR dan sejumlah organisasi PR seperti Perhumas (Asosiasi PR di Indonesia), APPRI (Asosiasi Perusahaan PR di Indonesia), Bakohumas, Forum Humas BUMN, Forum Humas Perban-kan dan sebagainya.


Prioritaskan PR

Dalam era globalisasi, bidang kehumasan akan sangat berperan. Perusahaan yang tak memanfaatkan bidang tersebut bakal tertinggal karena tak menguasai perolehan dan penyebaran informasi. Pentingnya bidang komunikasi dan hubungan masyarakat menjadi perhatian Noke Kiroyan, petinggi Kaltim Prima Coal (KPC). Dalam telaahnya, Noke melihat fungsi komunikasi dan hubungan masyarakat akan sangat terasa manakala perusahaan berupaya mengembangkan usaha dan menghindari situasi yang kurang kondusif dengan lingkungan. Oleh karena itu, bidang komunikasi dan hubungan masyarakat perlu diberikan prioritas dalam perusahaan. Dicontohkannya, menyadari atas pentingnya bidang tersebut, KPC sejak tahun 2002 membentuk bidang Komunikasi Ekternal dan Hubungan Masyarakat. Dulunya bidang tersebut tak ada di perusahaan, namun setelah melakukan berbagai evaluasi dan perencanaan, kemudian dibentuk dengan tugas yang penting. Hasil positifnya, menurutnya, sistem keterbukaan dan motivasi bekerja di antara para karyawan perusahaannya menjadi semakin tinggi sebab mereka menjadi mengetahui berbagai hal yang terjadi di perusahaannya.Keberadaan bidang komunikasi dan hubungan masyarakat bukan hanya perlu untuk membina hubungan dengan pihak luar. Namun pula, ini sangat penting untuk memberikan informasi ke dalam, baik kepada pimpinan maupun sesama karyawan sendiri. “Perusahaan yang berkeinginan menciptakan suasana nyaman di lingkungannya harus menerapkan prinsip keterbukaan. Di situlah, bidang komunikasi dan hubungan masyarakat sangat berperan,” ujarnya. Demonstrasi yang terjadi pada sebuah perusahaan adalah salah satu contoh komunikasi yang macet. Perusahaan mungkin kurang terbuka atau tak memahami pentingnya komunikasi dan kehumasan sehingga apa yang menjadi kebijakan makro perusahaan tak sampai ke bawah yang ditandai dengan kecurigaan-kecurigaan oleh karyawannya. Berbagai dunia usaha sangat memerlukan dan bertukar informasi seluas-luasnya. Pada sisi lain, teknologi informasi semakin hari semakin pesat, apalagi teknologi internet semakin memasyarakat.

Kebijakan sektor swasta yang memberikan prioritas bagi bidang komunikasi dan hubungan masyarakat di perusahaan, tampaknya bertolak belakang di sejumlah perusahaan BUMN dan instansi pemerintah. Belakangan ini, banyak perusahaan BUMN dan instansi pemerintah, ”melikuidasi” bidang komunikasi dan hubungan masyarakat, yang kemudian menggabungkannya di bawah bidang sekretariat atau bidang umum. CerahTapi bukan berarti bidang tersebut menjadi mati angin, justru sebaliknya. Melihat potensi jasa PR di masa depan, tak heran banyak usaha jasa konsultasi humas tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Demikian disampaikan dua praktisi, Magdalena Wenas dari M-PR Consultant dan Indira Abidin dari Fortune Indonesia, ketika dihubungi SH secara terpisah belum lama ini.Mereka sepakat prospek bisnis ini sangat cerah karena sekarang Indonesia tengah memasuki era keterbukaan informasi. “Masyarakat Indonesia tidak peduli strata sosialnya sekarang dapat memperoleh informasi tanpa dihalangi lagi,” kata Indira Abidin.Mudahnya masyarakat mengakses dan mendapatkan informasi ini, menurut Indira karena Indonesia sedang dalam masa transisi dari era otoriter ke era keterbukaan. Indira Abidin yang akrab disapa Indhie ini mencontohkan stasiun Televisi. “Kalau dulu masyarakat hanya bisa menonton satu stasiun televisi saja, sekarang sudah semakin banyak pilihan stasiun yang bisa ditonton,” kata Indhie.

Dari sisi pemerintah lanjutnya, masyarakat Indonesia dahulu cenderung menuruti apa kata pemerintah. Tapi sekarang mereka bisa mempertanyakan apa saja kebijakan pemerintah sehingga pemerintah harus lebih terbuka untuk menyampaikan kebijakannya kepada masyarakat. Dalam era keterbukaan masyarakat bisa mempertanyakan kebijakan pemerintah dan pemerintah harus mengkomunikasikan kebijakannya kepada masyarakat. “Di sinilah Public Relations dibutuhkan untuk mengkomunikasikan kebijakan pemerintah ke masyarakat,” katanya lagi.Hal tersebut juga, tambah Indhie, berlaku untuk perusahaan milik pemerintah baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). “Apapun kebijakan BUMN dan BUMD harus dikomunikasikan secara baik kepada masyarakat agar masyarakat mengerti dan memahami kebijakan tersebut. Misalnya soal kenaikan tarif air minum, listrik dan telepon, kalau tidak dikomunikasikan dengan baik masyarakat akan dirugikan,” tuturnya.Menurut Magdalena Wenas, partai politik atau organisasi pemerintah juga saat ini butuh humas yang baik. Seorang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan memimpin negara ini nanti butuh humas yang andal untuk menyampaikan ke publik atau masyarakat tentang program mereka. “Adanya PR yang baik dan andal, akan lebih membantu kedua calon tersebut dalam mengkomunikasikan program-program mereka, bahkan ini bisa lebih dari sekadar kampanye,” ujarnya.Strategi JituMagdalena Wenas dan Indira Abidin sepakat perusahaan sekarang tidak hanya sekadar beriklan saja tetapi lebih butuh PR. “Sekarang iklan saja tidak cukup tetapi perusahaan swasta harus mengkomunikasikan produknya baik barang dan jasa kepada masyarakat melalui strategi PR yang jitu,” kata Magdalena.Indira menambahkan, bukan hanya produknya saja yang dikomunikasikan kepada masyarakat tetapi alangkah baiknya kalau industrinya juga dikomunikasikan. Dia mencontohkan Industri Syariah. “Masyarakat banyak yang belum tahu tentang industri Syariah. Sudah menjadi keharusan perusahaan yang bergerak dalam industri ini mengkomunikasikan kepada masyarakat melalui PR,” katanya.Karena bidan PR di era komunikasi ini sangat dibutuhkan, maka jasa dari Konsultan PR sangat dibutuhkan. Apalagi buat perusahaan yang belum memiliki internal Public Relations. “Konsultan Public Relations akan menjawab semua kebutuhan perusahaan dan pemerintah untuk berkomunikasi dengan masyarakat atau publiknya,” kata Magdalena Wenas Sementara perusahaan yang memiliki internal PR, menurut Indira, alangkah baiknya memakai jasa konsultan PR karena internal PR ini lebih mengerti keadaan internal perusahaan dan apabila digabungkan dengan konsultan PR yang memiliki keahlian seperti Media Specialist, Media Handling, Event Organizer, Market Research dan sejumlah kelebihan lainnya akan lebih handal lagi dalam berkomunikasi.“Kebutuhan akan komunikasi yang baik antara organisasi, pemerintah maupun korporat dengan masyarakat inilah yang menjadikan bisnis jasa konsultan PR dibutuhkan dan menjadikan bisnis ini memiliki prospek yang cerah,” ujar Magdalena lagi. (SH/gatot irawan/thomas jan bernadus)

Tidak ada komentar: